Terima kasih.
Terima kasih berkenan membaca. Akan kusampaikan sepatah dua patah kata sebagai akhir dari sekelumit cerita. Tentang aku, kamu, mereka, dan kita.
Tentang kesedihan harus berpisah dengan mereka, teman SMA yang kutemui dari pagi hingga siang bahkan malam hari. Menelusuri lorong-lorong gelap hingga menemukan titik terang untuk menyambung asa merajut masa depan.
Tentang terpuruknya aku karena pengharapan tanpa restu orang tua. Bapak, ibu, terima kasih untuk tidak menginzinkan aku pergi jauh. Untuk terus ada di dekat kalian, mengawasi tumbuh kembangku menjadi remaja yang kalian inginkan hingga nanti melepasku pada lelaki pilihan.
Tentang bangkitnya aku, dengan tertatih-tatih, Tuhan pertemukanku dengan mereka–orang-orang baru yang meyakinkan aku jika, "Selama kamu punya mimpi, gagal bukan alasan untuk berhenti."
Tentang kamu yang pergi dan takkan kembali. Terima kasih, karenanya aku berhasil melewati lara dalam dekap malam. Membelenggu tanpa ragu di setiap detik jam yang terdengar pilu.
Tentang kita yang hilang ditelan waktu. Menyisakan nama yang kian lama terdengar asing. Menyisakan nasehat bahwa sebaik-baik cinta adalah pada Sang Pencipta.
Terima kasih, 2018.
Terima kasih atas lika-liku perjalanan yang mendewasakan meski menyakitkan tanpa lupa menyembuhkan.