Aku sering menolak ingat perihal perpisahan. Sebuah kenyataan yang akan membawa kita menuju akhir sebuah pertemuan.
Aku menyadari betapa indahnya kebersamaan, betapa berharganya sebuah pertemuan, dan betapa pentingnya pertemanan.
Kalian, keluarga kedua yang kumiliki setelah orang tua dan saudara. Kalian, teman menanggung kewajiban berbulan-bulan. Dan kalian, sosok-sosok yang akan kurindukan selepas perpisahan.
Adalah aku, yang mencoba menjalani semua dengan sederhana. Dengan asumsi bahwa semua akan baik-baik saja. Seolah-olah kita tetap berjumpa esok hari, layaknya teman satu sekolah.
Adalah aku, yang ingin melewati perpisahan dengan hangat, sehangat mentari sebelum jam pertama.
Malam ini, telah kurekam semua dengan baik. Teduh pandanganmu, semangat membaramu, hingga senyum ketulusanmu. Malam ini, telah kupelajari dengan baik. Tentang berharganya waktu dan cara melepaskanmu.
Menangislah jika kau mau. Tak ada yang melarang air matamu jatuh. Ia mengalir dengan sendirinya. Ia hanya ingin membebaskan seluruh sesak agar kau paham tidak semua hal dapat disembunyikan.
Lepaskan, seperti kalian yang dengan mudah melepas balon perpisahan. Biarkan ia pergi mencari jati diri. Meraih mimpi dan cita-citanya selama ini. Menjadi sosok yang akan kalian banggakan nanti.
Terima kasih, Gardacitya.
Terima kasih, SMANDA.
Langganan:
Komentar (Atom)
Merelakan
Bagi mereka yang telah kehilangan, bukan hal mudah untuk menerima kenyataan bahwa yang tampak oleh mata kini beralih tanpa diminta. Bagiku,...
-
Bagi mereka yang telah kehilangan, bukan hal mudah untuk menerima kenyataan bahwa yang tampak oleh mata kini beralih tanpa diminta. Bagiku,...
-
Banyak hal diawali dengan baik tapi tidak semua hal diakhiri dengan baik. Ini cerita kita yang tak mampu merawat cinta kemudian timbul luka...
-
Aku sering menolak ingat perihal perpisahan. Sebuah kenyataan yang akan membawa kita menuju akhir sebuah pertemuan. Aku menyadari betapa i...